Kamis, 10 November 2011

SAMAN Dari Ayu Utami, Sebuah Novel

SAMA - AYU UTAMI
Pertama kali membaca buku ini sekitar tahun 1999. Luar Biasa, Inilah buku tercerdas yang pernah saya beli dan miliki sampai saat ini. Tidak bermaksud mengecilkan karya para penulis lainnya, tapi memang, dalam benak saya, Karya Perdana Penulis Wanita Indonesia bernama Ayu Utami ini memang sangat-sangat berbeda dibandingkan dengan karya para penulis lain.

Saman berhasil menggaet penghargaan Dewan Kesenian Jakarta. Tahun 2000, Novel yang sama mendapatkan penghargaan bergengsi dari negeri Belanda yaitu Penghargaan Prins Claus, suatu penghargaan yang diberikan kepada orang-orang dari dunia ketiga yang berprestasi dalam bidang kebudayaan dan pembangunan. Novel tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dengan judul Samans Missie, yang diluncurkan di Amsterdam pada 9 April 2001 dan dihadiri sendiri oleh Ayu Utami.

Novel ini bercerita tentang perjuangan seorang pemuda bernama Saman, yang dalam perjalanan karirnya sebagai seorang pastor harus menyaksikan penderitaan penduduk desa yang ditindas oleh negara melalui aparat militernya. Saman akhirnya menanggalkan jubah kepastorannya, dan menjadi aktivis buron. Sebagai seorang aktivis, Saman mengembangkan hubungan seksual dengan sejumlah perempuan. Ke empat tokoh perempuan dalam novel itu Shakuntala, Laila, Cok, dan Yasmin, merupakan empat sekawan. Mereka muda, berpendidikan, dan berkarir. Sebagai layaknya sahabat, mereka saling bertukar cerita mengenai pengalaman-pengalaman cinta, keresahan dan pertanyaan-pertanyaan mereka dalam meredifinisikan seksualitas perempuan.

Seks dalam buku ini digambarkan dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan dengan seks dalam buku-buku yang lain - apalagi dengan stensilan yang sempat membuat saya merasakan tamparan dari Guru SMP saya :D. Dalam novel ini, seks menjelma menjadi sesuatu yang berhasil membuat saya ingin merasakan keindahan aktifitas tersebut tanpa harus melibatkan birahi yang meledak-ledak, sekali lagi, sangat berbeda dengan adegan seks dalam stensilan :D

Pertama kali membacanya, jujur saya sempat merasa ingin menghentikan membaca buku ini, keras! juga bahasanya yang terkadang membuat saya mengernyikan dahi. Tapi luar biasa, ketika lembar demi lembar terus terlewati, akhirnya saya menemukan kenikmatan yang sangat hingga akhirnya saya berhasil menyelesaikannya. Bahkan hingga saat ini, Novel ini menjadi bacaan wajib bagi saya ketika tak ada buku baru yang saya miliki.

Kini, saya tidak tahu Saman telah memasuki edisi keberapa. Ayu layak berbangga hati. Selain royaltinya diperbarui sejak edisi kedua menjadi 12,5 persen, Saman pun berhasil menyabet Prince Claus Award dari Belanda karena dianggap meluaskan kaki langit sastra Indonesia.

Semula Saman dan Larung sebuah kesatuan dalam novel Laila tak Mampir di New York. Tapi beberapa subplot rupanya mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga Ayu memutuskan menyulapnya jadi dwilogi yang independen. Sebagai dwilogi, Larung menghadirkan empat tokoh perempuan seperti juga dalam Saman: Cok, Laila, Shakuntala, dan Yasmin.

Dalam Larung, tokoh lelaki yang menonjol tak hanya Saman, tapi juga Larung–sosok manusia dengan riwayat hidup yang musykil buat kebanyakan orang, dengan kecerdasan di atas rata-rata, dengan schizophrenia yang membelenggu akal sehatnya. Larung digambarkan sebagai manusia dengan banyak luka sejarah; luka yang muncul akibat peristiwa-peristiwa politik yang dialaminya, luka karena status dirinya yang tak jelas, luka karena punya nenek penyihir yang susah mati sehingga Larung sendirilah yang harus membunuhnya.

Masih dicetak penerbit yang lama, bekerja sama dengan jurnal kebudayaan Kalam, tempatnya bekerja, edisi perdana Larung langsung digeber dengan oplah 20 ribu eksemplar. Hingga pekan awal November 2001, separuh lebih oplah novel seharga Rp 30 ribu ini sudah dipesan oleh toko buku, agen, pengecer, dan perorangan.

Saya memang tidak pandai menguraikan kata, jadi jika memang Anda belum pernah memiliki atau sekedar membaca novel ini, saya sangat rekomendasikan Anda segera mencarinya. Meski sudah agak agak susah untuk didapatkan, buku ini masih tersedia di beberapa toko-toko buku besar.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by ParangJati | Bloggerized by ParangJati